TERNYATA BELANDA PERNAH KE DESA GAMBARSARI
Terowongan kereta api yang terletak di Desa Gambarsari merupakah salah satu terowongan peninggalan zaman penjajahan Belanda. Pada tahun 1912, jawatan kereta api Negara, Staaspoorwegen mulai membangun jalur kereta Cirebon-Kroya. Hal tersebut dilakukan karena perjalanan kereta api Batavia-Yogyakarta masih melewati wilayah Priangan yang berbukit-bukit sehingga memakan waktu lebih lama.
Salah satu bagian yang menarik dalam proses pembangunannya adalah saat melewati lembah Sungai Serayu karena terletak di antara bukit dan tepi Sungai Serayu. Kemudian Staaspoorwegen membuat dua terowongan di Notog dan di Gambarsari. Terowongan Notog memiliki panjang 262,6 m sementara terowongan Gambarsari memiliki panjang lebih pendek, yaitu 79,7 m.
Pembuatan terowongan didahului dengan menggali terowongan awalan. Proses penggalian tersebut dilakukan dengan meledakan dinamit yang ditanam pada dinding yang sudah dibor dengan mesin. Untuk mengurai udara di dalam terowongan yang pengap, maka dimasukan sebuah pipa sebagai sirkulasi udara.
Terowongan tersebut selanjutnya ditopang dengan tiang-tiang kayu dan terowongan diperlebar mencapai ukuran yang diinginkan. Selanjutnya dinding terowongan diperkat dengan beton. Pembuatan kedua terowongan memakan biaya sebesar 800 gulden permeter.
Harian Het Nieuws van den dag voor N.I. meliput upacara tanda dimulainya pembuatan terowongan pada tanggal 18 Juni 1914, Upacara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting diantaranya Residen Banyumas, Bupati Banyumas dan Purwokerto, serta asisten residen Purwokerto.
Supaya proses pembuatannya terhindar dari halangan apapun, maka dilakukan sebuah ritual berupa membungkus dua kepala kerbau dengan kain kafan, kemudian ditanamkan pada kedua ujung terowongan. Rangkaian pembangunan terowongan akhirnya selesai pada bulan Desember 1915 dan mulai digunakan pada bulan Januari 1917. Seiring berjalannya waktu dan dengan adanya proyek jalur ganda, maka terowongan ini sudah tidak beroperasi dan diganti dengan terowongan yang lebih besar.
Ditulis dan dipublikasikan oleh Ninda Vani Lestari Kasi Pemerintahan